Rabu, 09 November 2011

Menemukan Kembali Sosok Bangsa Indonesia

                  Setelah tiga belas tahun lebih kekuasaan Soeharto tumbang, dapat dikatakan sekarang pemerintah masih saja berjalan dengan lambat. Prahara dan krisis seakan enggan menjauh dari negeri ini. Bahkan masalah mulai bertambah. Mulai dari masalah di bidang ekonomi,politik,keamanan,sosial sampai dengan ancaman terorisme global. Sampai kapan masalah ini akan berakhir ? Ya, kita tidak akan tahu jawabnya. Seperti cerita salah satu buku karya John Naisbit dan Patricia Aburdene yang berjudul Reinventing the Corporation, menceritakan tentang menemukan kembali sosok bangsa Indonesia. Akan tetapi sosok bangsa Indonesia sulit dirumuskan. Sosok bangsa Indonesia yang tak pernah tetap pendiriannya dan selalu dalam konstruksi. Ada pada saat masa keemasan seperti awal-awal tahun masa Orde Baru, ada pula saat jatuh (kacau balau) seperti saat krisis moneter yang pernah melanda negeri ini atau ''Jalan Tak Ada Ujung'', seperti Novel karya Mochtar Loebis. Efektivitas pemerintah Indonesia di Asia Tenggara hanya lebih baik dari negara Laos. Peringkat indeks pembangunan manusia dunia menempati peringkat ke-110. Merajalelanya korupsi menempatkan Indonesia dalam kelompok negara jauh di bawah rata-rata negara miskin. Berdasarkan kualitas hidup manusia Indonesia diukur dari UMR (upah minimum regional), lebih dari 50 persen penduduk Indonesia dibawah garis kemiskinan. Negara Indonesia yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) adalah sebagai negara yang kuat, dalam arti akuntabel,legitimate, dan tidak dalam arti otoriter. Negara yang kuat, bebas dari fanatisme yang berlebihan dan kekerasan, bebas dari ideologi yang memecah belah persatuan,birokrasi dan akses ke arah berkembangnya civil society dapat berjalan lancar. Sosok bangsa Indonesia yang terbayangkan adalah demokratis,multikultural,kosmopolistis yang memiliki civility dan berkeadilan sosial maupun politik yang tidak dapat dihasilkan dalam waktu semalam saja, akantetapi melalui proses jatuh-bangun yang panjang. Ada sebuah kisah singkat tentang Alexander Agung saat ia akan meninggal. Ia memiliki kerajaan yang begitu luas luas, sementara pemimpin dalam arti sebenarnya hanya satu orang, yakni dia sendiri. Beberapa jenderal yang berada di sekitar tempat tidurnya bertanya,''Akan diserahkan kepada siapa kekuasaan anda ?'' Lalu ia menjawab,''Akan ku serahkan kepada yang paling kuat dan bijaksana''. Timbullah keinginan yang luar biasa dari para jenderal, mereka merasa bahwa dirinya yang paling kuat dan bijaksana. Begitu pula Indonesia, kendati kekuasaan milik pemerintah sebenarnya adalah milik kolektif, yaitu milik rakyat atau bangsa Indonesia karena yang mempertahankannya dan yang bertanggung jawab adalah rakyat. Indonesia adalah milik semua bangsa Indonesia bukan milik satu orang ataupun kelompok. Kesadaran inilah yang perlu ditanamkan. Kita semua membutuhkan pemimpin yang arif,bijaksana,cerdas dan tegas. Tidak ada pemimpin yang tidak bisa dipersiapkan. Memang, prosek persiapannya memakan waktu yang cukup lama. Seperti yang pernah dikatakan Ir.Soekarno,''Jangan tanyakan apa yang bangsa ini bisa berikan kepadamu ? Tetapi tanyakan, apa yang bisa kamu berikan kepada bangsa ini ?''.Dari perkataan tadi kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kita harus melakukan yang terbaik demi bangsa ini agar menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar