B
|
anyak peninggalan sejarah kebesaran pemimpin
islam yang juga kejayaan Melayu di Deli Serdang, yang dulunya masa kepemimpinan
Sultan Serdang, dengan membuat pemerintahan atau daerah kekuasaan sebagai
perpanjangan tangan Sultan Serdang. Konon ada empat datuk yang menopang
jalannya kepemimpinan, yaitu Kedatukan Tanjung Morawa, Petumbukan, Aras Kabu
dan Batang Kuis. Bukti yang masih jelas hingga kini terlihat kokohnya bangunan
Rumah Kedatukan Wazjir Negeri Serdang di Jl. Medan-Batang Kuis, Deli Sedang.
Dulu bangunan tahun 1890
ini ditempati oleh seorang datuk, yaitu Datuk Usman Paduka Wazir Negeri
Serdang. Datuk Usman merupakan bukti kewibawaan pemimpin di mata masyarakat.
Konon katanya, setiap orang melintas di depan rumah kedatukan ini, selalu
menunduk menghargai Datuk. Begitu juga halnya dengan pengendara sepeda seketika
berhenti, dan mendorong sepedanya saat melintas di rumah kedatukan ini. Hal ini
bukanlah anjuran, namun spontan saja masyarakat berlaku demikian, menunjukkan
bahwa sikap menghargai pemimpinnya, yaitu Datuk Usman Paduka Wazir Negeri
Serdang. Pada masa itu, halaman rumah kedatukan merupakan alun-alun yang
dijadikan sebagai pelaksanaan kegiatan hari kemerdekaan RI maupun peringatan
hari besar lainnya.
Mengabdinya masyarakat
kepada pemimpin tidak terlepas dari sosok Datuk yang punya ketegasan dalam
melaksanakan aturan yang sudah ditentukan. Bahkan, pada tahun 40-an, Datuk
Usman juga menindak orang-orang yang menyiksa binatang. Bahkan dalam
pemerintahan pun, peran Datuk sangat berarti dalam mendukung kebijakan maupun
keputusan yang akan diambil oleh Sultan. Apabila ada salah satu Datuk tidak
datang rapat, Sultan sendiri pun tidak akan meneruskan rapat, atau rapat
dibatalkan lalu menunggu kapan waktu yang tepat agar keempat datuk tersebut
dapat hadir dalam rapat kerajaan. Pada tahun 1944 Datuk Usman Paduka Wazir
Negeri Serdang wafat dan dimakamkan tidak jauh dari rumah kedatukan hingga kini
pusara itu masih terlihat di pemakaman depan Masjid Jami' Al-Rasyid Kecamatan
Batang Kuis.